INFOnews.id | Sidoarjo - Leah Coklad seniman dengan berbagai talenta ini, untuk kali pertama tampil dengan mengusung karya Batik Kontemporer buatannya di acara Un Theoritik See The Unsan di Kefi Coffee & Eatery di komplek Kavling DPR III, Pagerwojo, Buduran, Sidoarjo, Jumat (8/7/2022), malam.

Di depan pengunjung Kefi serta penggemarnya, dipandu moderator Cindy Pepelingasih Leah mengawali obrolan bahwa setiap individu atau manusia pasti memiliki seni atau kreatifitas, itu menurutnya merupakan potensi dari jatidiri setiap individu.

Dikuatkan dengan minat dan keseriusan bakat individu tersebut kemudian bisa dimunculkan menjadi sebuah karya, yang tentu harus dibarengi keseriusan.

Bagi dirinya, bakat seni, olah diri, dan olah rasa hasilnya sangat dipengaruhi oleh perjalanan hidup, dengan berbagai persoalan plus minusnya. Selain, sengaja atau tidak untuk dipadukan dengan faktor-faktor lain.

"Harus yakin, menurut saya setiap individu itu mempunyai bakat seni. Tinggal bagaimana kita melanjutkan dan mengkolaborasi bakat seni yang diberikan Tuhan di dalam diri kita," kata Leah mengawali obrolan.

Mitologi Batik karyanya juga sangat dipengaruhi oleh perjalanan panjang hidupnya. Dikisahkan, tempaan keras telah didapat sejak anak-anak. Salah satunya dia menyebut, mendapat pembekalan mengelas (karbit) dari almarhum ayahnya.

Termasuk, berjualan di pinggir jalan, loper koran, jadi jurnalis dan berbagai hal dia lakukan. Dia menuturkan, guncangan dan kekecewaan dalam perjalanan hidupnya turut 'menuntun' ekspresi dan karya seni yang dia lakukan hingga saat ini, termasuk Batik buatannya.

"Saat itu, menjadi kebiasaan saya mencorat-coret menjadi gambar, dengan bolpoint atau spidol. Itu dulu saya lakukan di tubuh anak-anak saya, jadinya, hehe lucu," ujar Leah menuturkan kisahnya.

Kecewa dengan berbagai rasa berkecamuk mengiringi perjalanan hidup dan rumah tangganya, termasuk berpisah dengan suami turut mempengaruhi olah rasa dan karyanya. Hingga kemudian dia mengatakan 'kompromi' dengan Tuhan atas berbagai beban yang dialami.

Dia menyebut, semua yang terjadi atas dirinya adalah kehendakNya, untuk menemukan jati diri dan mengenali Tuhan.

"Saya kemudian 'kompromi'. Tuhan, Engkaulah yang menghendaki semua ini. Saya pun mengikuti, mau jadi apa dan kemana, saya ikuti dan menuruti, itu merupakan proses mengenali Tuhan melalui hidayahnya yang sangat 'halus' yakni Asmaul Husna, seperti Ya Latif," tutur ibu dari empat anak ini.

Runtut perjalanan itu, Leah beralih menorehkan corat coret jarinya ke media sarung, dengan mencoba berbagai macam jenis cat. Hingga kemudian, menurutnya alam dan Tuhan telah menyediakan berbagai jenis tumbuhan yang bisa dipakai menjadi bahan pewarna.

Itu, kemudian dia lakukan hingga saat ini. Motif dan filosofi Batik, Leah menyebut selain merupakan kesetiaan identitas diri orang Jawa. Juga mewakili kisah perjalanan hidupnya.

Seperti tersaji melalui berbagai motif gambar bentang berbagai benua di dunia, serta kepulauan Nusantara, merupakan simbol kemanapun dia melangkah, pasti kembali juga ke tanah kelahirannya, Nusantara atau Indonesia.

"Saya mengikuti saja arah langkah sesuai kehendak Tuhan, saya pasrah. Namun, kemanapun saya melangkah seperti tergambar di batik itu, saya kembali juga ke tanah air, saya Indonesia, kembali untuk Indonesia," urainya, yang disambut tepuk tangan pengunjung dan undangan yang hadir di Kefi Coffee milik Mama Soya, itu.

Sebelumnya, perempuan single parent ini juga mengenalkan dan mengisahkan tentang nama dirinya. Dikatakan, Coklad adalah panggilan yang diberikan oleh teman dekatnya saat masih bersekolah SMP.

"Akhiran menggunakan 'Ad' itu karena saya menggeluti advertising, punya usaha advertising," katanya.

Kembali ke Batik buatannya, di ivent ini sengaja disuguhkan live membatik dengan ditemani Faiq, Nindi dan Hayu. Selain untuk suguhan undangan yang hadir, Leah menyebut itu untuk memenuhi keinginan penggemarnya dari berbagai penjuru yang tidak sempat hadir langsung.

Selain soal Batik, Leah juga menyuguhkan sejumlah tembang dari Sudjiwo Tedjo, termasuk 'Jancok' yang mendapat sambutan meriah. Dan, turut meramaikan acara itu, juga tampil pembawa puisi dari Komunitas Malam Puisi Sidoarjo, Musik Etnik, Tari Kontemporer dan Ludruk.

Untuk memahami Batik buatannya, Leah mengaku siap meluangkan waktu memberikan bimbingan melalui kelas khusus untuk belajar. Dan, malam itu seorang pemuda mahasiswa dari ITS Surabaya kepada media ini mengaku sengaja datang dari Surabaya, untuk bisa mendaftar mengikuti kelas khusus membatik.

"Saya dari Surabaya, saya sengaja datang ke sini, selain ingin melihat Leah juga ingin belajar membatik," kata pemuda itu. (inf/tji/red)

Editor : Tudji Martudji

Berita Terbaru